Minggu, 25 September 2011

Mengapa Siswa Tidak Suka Membaca?

Merupakan antitese dari kewajiban utama seorang siswa. Untuk menambah wawasan dan daya nalar mestinya seorang siswa wajib hukumnya "suka membaca" berbagai referensi, terutama buku pelajaran yang menjadi buku pegangan wajib.
Namun, berdasarkan hasil pengamatan langsung 3 tahun terakhir ada berbagai fenomena yang dapat diduga bahwa siswa jarang membaca buku pelajaran. Dugaan tersebut diperkuat dengan beberapa data, antara lain :
  1. buku-buku yang dibeli siswa terutama siswa laki-laki disimpan di kolong bangku di sekolah. Kapan mereka membaca dan belajar?
  2. pengakuan langsung beberapa siswa ketika diberikan pertanyaan tentang materi pelajaran yang telah dijelaskan oleh guru siswa tidak mampu menjawab dengan alasan ia "tidak belajar"
  3. ketika membuat tugas, hampir seluruh materi tugas diambil dari internet dengan copy paste tanpa dikaji terlebih dahulu.
  4. kemampuan memahami pertanyaan tes ulangan dan daya nalar sangat rendah.
  5. pengalaman mengajak anak-anak SMA yang kost, hari-harinya lebih banyak digunakan untuk ngobrol-ngobrol, bergelut dengan HP-nya, dan pacaran. Jadi, mereka baru mau belajar jika ada ulangan.
  6. persentase kunjungan siswa ke perpustakaan sekolah sangat rendah berkisar 10-12% dari jumlah siswa. Peminjaman buku kurang dari 5%.
Ada beberapa alasan yang dikemukakan siswa dari hasil wawancara dengan 10 orang siswa dengan sampel yang diambil secara acak kebetulan, antara lain:
  1. 70% memberikan alasan bahwa mereka jika membaca sulit konsentrasi dan cepat mengantuk.
  2. 60% memberikan alasan bahwa mereka jika ulangan bisa bekerjasama dengan teman.
  3. 90% memberikan alasan bahwa mereka jika UN akan memperoleh jawaban dari sumber tertentu.
  4. 70% memberikan alasan bahwa mereka jika mencari pekerjaan setelah menamatkan pendidikan dengan sistem koneksi dan punya uang.

Fenomena ini suatu pertanda apa? Kalau keadaan tersebut berlangsung terus tanpa ada upaya antisipatif, akan jadi apa generasi kita di masa mendatang? Mungkin, daya saing SDM kita akan sangat rendah dan rentan dengan goncangan sosial budaya (social and cultural shock) di era persaingan global yang ketat. Kecenderungan siswa sekarang bermental menerabas (Istilah : Koentjaraningrat. 1977) karena mereka lebih suka memperoleh sesuatu dengan cara-cara lebih mudah dan bila perlu menghalalkan segala cara.

Tentu kita yakin bahwa tidak ada masalah yang tak terpecahkan jika kita berikhtiar untuk mengantarkan generasi muda menjadi generasi yang berkualitas dan memiliki daya saing di masa yang akan datang. Ada beberapa alternatif sebagai pemecahan, antara lain :
  1. melalui pendekatan humanisme untuk mengubah mindset siswa dengan mentranspormasi cerita pengalaman yang positif.
  2. memberikan pandangan dan bimbingan dengan sabar yang dilandasi keikhlasan agar siswa memiliki orientasi ke masa depan dan etos kerja keras.
  3. peranan orang tua sangat besar dalam membentuk kebiasaan anak untuk gemar membaca
  4. sistem pembelajaran di tingkat pendidikan dasar yang lebih banyak menekankan pada "mengerjakan/menjawab soal-soal LKS" harus diimbangi dengan tugas-tugas yang mewajibkan siswa membaca buku sesuai materi ajar.
  5. melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia, siswa diwajibkan membaca sebuah buku cerita/artikel/bacaan yang menarik setiap minggu dan setiap siswaharus memiliki sebuah buku yang berisi : nama/judul bacaan yang dibaca, nama pengarang, jumlah halaman, ringkasan isi. Buku tersebut diperiksa setiap minggu.
  6. melaksanakan strategi pembelajaran yang mengarahkan siswa lebih proaktif dalam membaca berbagai referensi sesuai topik materi ajar. Salah satu teknik yang dapat dipergunakan adalah Reciprocal Teaching atau Pembelajaran Terbalik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar