Kamis, 28 Juli 2011

OLIMPIADE IPS 2009

SMA NEGERI 2 TABANAN,
Kembali Mengukir Prestasi Nasional dalam OIS’2009

Prestasi yang sangat membanggakan kembali diukir oleh Tim KIR Bisma dianjang Olimpiade Ilmu-ilmu Sosial tingkat nasional (OIS’2009) yang diselenggarakan oleh Fisip-UI Jakarta. Prestasi tersebut adalah untuk yang kedua kalinya dari dua kali keikutsertaannya dalam lomba yang sama. Pada tahun 2007 Tim KIR Bisma di bawah asuhan Drs. I Wayan Sumertha, M.Pd., berhasil mengantarkan Subagiarta dkk. (saat ini tercatat sebagai mahasiswa smt. III FK-Unud Denpasar) meraih medali perak dalam mata lomba “Presentasi Analisis Masalah” menyisihkan 29 duta dari provinsi lain di Indonesia. Di tahun 2009, Sukma Prativa, Ucha Oktavia Sugiarti, dan Wida Septiyanti menjadi the best first winner  of cultural perfoment.
“Prestasi tingkat nasional ini tidak dengan mudah diraih. Perlu kerja keras dan pengorbanan serta dukungan dari semua pihak, baik sekolah, guru pembina, teman sejawat, maupun  keluarga,” demikian Sukma Prativa sebagai koordinator tim mengawali kesannya ketika redaksi GM menemuinya di SMAN 2 Tabanan. Lomba ini diawali dengan mengirim hasil penelitian yang berjudul “Persepsi Sekaa Teruna Cantika Dharma Desa Sudimara Kaja tentang Upaya Mengantisipasi Ancaman Nilai Global terhadap Jati Diri Bangsa di Kalangan Generasi Muda” ke Panitia OIS’2009. Berdasarkan hasil seleksi, karya tulis tersebut berhasil masuk 30 besar sebagai Finalis OIS’2009 dengan menyisihkan 537 peserta lainnya. Di dalam karya tulis Tim KIR Bisma melakukan eksplorasi dan elaborasi tentang berbagai pandangan anggota Sekaa Teruna prihal upaya-upaya yang dilakukan di kalangan generasi muda terkait usaha mengantisipasi ancaman nilai global yang tidak dapat dihindari di era sekarang ini. Kesimpulan yang berhasil dirumuskan dari kegiatan penelitian antara lain : 1) Sekaa Teruna sangat menyadari bahwa mereka sebagai bagian generasi muda memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam pembangunan bangsa terutama dalam melestarikan nilai-nilai budaya adi luhung yang telah berurat berakar dalam kehidupan bangsa dan masyarakat. 2) untuk mempertahankan jati diri bangsa berbagai kegiatan positif yang dilakukan oleh Sekaa Teruna, seperti ; mengadakan bazaar, membentuk sanggar kesenian, mengikuti lomba-lomba, kegiatan spiritual dalam wujud tirta yatra, gotong royong, dan aktivitas lainnya.
Berbagai kendala yang dihadapi oleh Tim KIR Bisma selama melaksanakan penelitian. Mulai dari penetapan anggota tim definitif sampai  dengan penyusunan laporan. Hal itu terjadi karena peserta seleksi cukup banyak dan hampir seluruhnya memiliki kompetensi yang setara. Sehingga, dalam kegiatan seleksi tersebut kepala sekolah menunjuk beberapa guru agar hasil seleksi lebih transparan dan objektif. Dalam hal pelaksanaan penelitian terkendala dengan pemahaman siswa tentang penelitian sosial masih sangat “gamang”, sehingga memerlukan kerja keras dari tim pembina untuk mengarahkannya. “Memutar arah pola berfikir dari eksata menjadi pola berfikir dimensi ilmu sosial memerlukan pendekatan dan strategi tertentu dengan alokasi waktu yang relative singkat,” demikian dijelaskan oleh Drs. I Wayan Sumertha, M.Pd. selaku koordinator Tim Pembina KIR. Penjelasan tersebut dibenarkan oleh Ucha dkk., “bahwa selama ini kita yang jurusan IPA menganggap Ilmu Sosial itu sangat mudah, lebih banyak bersifat hafalan, dan kurang menarik. Namun, setelah kita masuk dalam ruang implementasi ilmu sosial ternyata ilmu pengetahuan sosial sangat menarik dan mengasyikan. Diperlukan beberapa keterampilan praktis untuk memahaminya, seperti ; penguasaan konsep, analisa multidimensi, dan menggugurkan pandangan bahwa IPS adalah ilmu menghafal.”
“Sungguh-sungguh pengalaman yang luar biasa dalam hidup kami mengikuti OIS’2009 ini,” demikian terlontar dari bibir manis tiga dara  Sukma, Ucha, dan Wida. “Bagaimana tidak, dalam OIS’2009 ini tidak hanya berkompetisi dalam mengadu kecerdasan (IQ) saja melalui tes-tes akademik melulu, tetapi ada variasi kegiatan lain yang juga dilombakan. Selama mengikuti OIS’2009, kami mendapat pengalaman dan pengetahuan tentang seminar nasional yang dibawakan oleh para pakar dari ICW, mengikuti konferensi pemuda, pelatihan publick speaking dari TVONE, dan kontak antarbudaya dengan peserta lain dari seluruh provinsi di Indonesia. Di samping itu, kunjungan ke lembaga tinggi negara yang selama ini sangat asing bagi kami yaitu Mahkamah Konstitusi, kunjungan ke Seaworld, dan melihat pelestarian tanaman langka di Taman Wisata Mekar Sari Bogor. Experience is the best teacher baru sekarang terbukti dan maknanya dapat dipahami.”
Tema yang icon OIS’2009 adalah “Cerdas, Peduli, dan Kompetitif” merupakan tema yang sangat tepat karena relevan dengan variasi kegiatan yang dicanangkan oleh Panitia. Dengan mengikuti kegiatan OIS diharapkan melahirkan manusia-manusia yang cerdas yaitu memiliki pengetahuan dan keterampilan sosial dalam kehidupan di sekolah, masyarakat, berbangsa dan bernegara. Peduli, melalui kegiatan tersebut diharapkan melahirkan manusia-manusia yang memiliki kepekaan terhadap lingkungan sosial dan lingkungan alamnya. Kompetitif, melalui kegiatan tersebut diharapkan melahirkan manusia-manusia yang memiliki jiwa bersaing secara sportif yang dilandasi dengan kejujuran, transparan, demokratis, dan objektivitas. Selanjutnya, tema tersebut dijabarkan melalui operasional kegiatan yang dilaksanakan secara konsisten, disiplin, dan sistem pelayanan yang sangat baik. Sejak hari pertama sampai terakhir jadwal acara diatur dengan sangat padat sejak pukul 05.00-00 WIB. Semua peserta wajib mengikuti seluruh rangkaian acara. Setiap delegasi didampingi oleh seorang LO yang selalu mengingat peserta bangun pagi, mandi, makan, istirahat, dan berbagai bentuk layanan lainnya seperti mencarikan obat, makanan kecil, dan informasi seputar kuliah di Universitas Indonesia. Para LO nampak sangat profesional dan menjalani tugas dengan penuh dedikasi dan loyalitas tinggi. “Perlakuan yang kami peroleh sangat istimewa dan ini sebagai pembelajaran bagi kami dalam memperlakukan orang lain. Perfomen seperti itu sangat diperlukan dalam kehidupan di masyarakat,” Sukma dkk memaparkan pengalamannya.
Seluruh peserta OIS’2009 mengikuti rangkaian acara yang telah ditetapkan dengan serius dan gembira bercampur lelah. Sejak hari pertama seluruh delegasi dikarantina di Wisma milik Denhankam yang berlokasi di daerah Lebak Bulus Jakarta Selatan. Malam harinya peserta mengikuti technical meeting dan pengarahan dari panitia lomba. Acara berlangsung sampai pukul 01.00 WIB. Pada hari kedua tanggal 5 Oktober 2009, acara pembukaan, seminar tentang korupsi yang dibawakan oleh para pakar ICW, dan lomba analisis masalah dilaksanakan di kampus UI Depok Jakarta Selatan. Malam harinya setelah istirahat makan peserta wajib mengikuti talkshow film yang diakhiri dengan lomba critical review film.
Setelah berkutat dengan berbagai perlombaan yang menguras banyak tenaga dan fikiran, di hari ketiga peserta diajak mengunjungi Mahkamah Konstitusi. Dalam kunjungan tersebut seluruh peserta mendapat informasi tentang keberadaan Mahkamah Konstitusi, berwawancara dengan hakim MK, dan buah tangan berupa buku-buku. Seaworld Taman Rekreasi Ancol merupakan tempat kunjungan berikutnya. Berbagai hewan laut dari yang terkecil sampai yang besar dapat dilihat di sana. Kepenatan selama lomba seakan terlupakan. Seluruh peserta dan pembina berbaur melebur batas-batas primordialisme, baik ras, suku, agama, maupun daerah. Potret miniatur integrasi nasional nampak melalui kegiatan tersebut. Pada malam harinya, peserta diberikan pelatihan publick speaking di Wisma oleh salah seorang penyiar TVONE sampai pukul 01.00 WIB.
Tak terasa kami di Jakarta sudah empat hari. Karena padatnya acara, hari demi hari lewat begitu saja. Pukul 05.00 wib seluruh peserta harus mengikuti lomba Circle of Beat di lapangan Wisma Dephankam. Lomba ini melatih kecerdasan, kecepatan, ketepatan, kreativitas, dan kinestika. Hampir seluruh peserta kaget dengan mata lomba ini karena hanya beberapa peserta saja yang telah pengalaman. Untung saja Tim KIR Bisma mendapat undian keempat sehingga bisa belajar dari pengalaman peserta lain. “Jika saja undian pertama, apa yang kita dapat perbuat? Pasti bingung,” begitu Wida sambil tertawa lebar menyela wawancara GM. Dalam keadaan bersimbah peluh dan nampak wajah-wajah keletihan, seluruh peserta buru-buru mandi karena ada acara selanjutnya berkunjung ke Taman Wisata Mekar Sari Bogor dan Outbond. Untung saja hujan lebat turun sehingga outbond dibatalkan oleh panitia. Kesempatan itu dipergunakan untuk belanja berbagai macam buah. Ada belimbing besar-besar, melon berbentuk jantung dan kotak, berbagai minuman yang dibuat dari sari buah asli. Memang, Taman Wisata Mekar Sari dikelola untuk melestarikan dan mengembangkan berbagai tanaman buah-buahan.
Hari kelima tanggal 8 Oktober 2009, seluruh peserta manampakan wajah-wajah serius. Setelah acara Open House UI akan dilaksanakan lomba presentasi analisis masalah. Perfomen tersebut tidak begitu nampak pada Tim KIR Bisma. Ketiga dara manis sangat menikmati keindahan Kampus terbesar dan terlengkap di Indonesia. Dari fisik bangunan kampus, perpustakaan, sampai dengan MCK-nya dengan fasilitas serba waah dan canggih. Para mahasiswa di setiap tempat bisa akses internet gratis. Buku-buku di perpustakaan tertata rapi dengan layanan ICT. Kantinnya bersih dan hubungan mahasiswa dengan dosen sangat akrab. Sehabis santap siang, seluruh peserta mengikuti lomba presentasi analisis masalah. Tim Bisma mendapat giliran tampil kedua di kelompok I. Presentasi berjalan lancar sesuai dengan persiapan. Semua anggota tim optimis akan masuk grand final 5 peserta terbaik dari 30 delegasi. Namun, harapan tersebut tidak tercapai karena nilai yang dikumpulkan hanya 41 poin. Sedangkan, tim yang lolos masuk final nilainya berturut-turut 46, 45, 44, 43, 42, yaitu delegasi dari Samarinda, Palembang, Bogor, Jogyakarta, Jawa Timur. Ada sedikit rasa kecewa terhadap penilaian dewan juri. Di antara 5 besar yang masuk grand final, ada satu tim yang ketika presentasi mengalami blank dalam penyampaian. Komputernya macet, penyampaian tersendat-sendat, dan melebihi waktu yang ditetapkan. Ada dugaan dari seluruh peserta unsur subjektivitas bermain di dalamnya. Mestinya, hal tersebut tidak perlu ada di anjang tingkat nasional. “Unsur sportivitas dan objektivitas harus menjadi parameter dalam penilaian dalam perlombaan,” demikian penegasan yang disampaikan oleh pembina dari Yogjakarta dan Denpasar.
Hari terakhir diisi dengan lomba grand final presentasi analisis masalah dan keluar sebagai juara umum delegasi dari Samarinda. Malam harinya dilaksanakan lomba unjuk budaya dari masing-masing provinsi. Tim KIR Bisma mendapat giliran paling buncit. Walaupun malam telah larut, anggota tim masih tetap semangat. Tari pendet yang diawali dengan prolog oleh pembina, mendapat perhatian dan sambutan yang luar biasa oleh seluruh peserta dan panitia. Melalui perjuangan yang melelahkan dengan segala pengorbanan, akhirnya TIM KIR Bisma hanya meraih satu gelar dari lima mata lomba yang diperlombakan, yaitu sebagai the first winner of cultural performance. Suatu prestasi yang perlu dibanggakan oleh lembaga, jajaran Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Tabanan,  dan seluruh masyarakat Tabanan. Prestasi yang dicapai oleh para siswa dan pembinanya sangat wajar diberikan reward dan diapresiasi. Sudahkah …..??? @Blius. Redaksi GP.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar